Sanusi Pane) Dalam puisi teratai, penyair menyimbolkan Ki Hajar Dewantara dengan kuntum bunga teratai dengan maksud untuk menautkan ciri-ciri bunga teratai dengan gagasan, pikiran, dan cita-cita tokoh pendidikan tersebut. 2. Majas Pertentangan Majas pertentangan antara lain meliputi: hiperbola, litotes, ironi, dan paradoks. a. Hiperbola
Karya Sanusi Pane Kepada R. Soeratmaka Pada perjalananku melalui langka purbakala, Melayang ke dalam hati teratai api dan suram Diganti sinar caya yang terang-benderang dan 'alam hati dan mungkin puisi Yang berkata lewat sepi, lewat usia Kepadaku Maka siapkan waktu Dengan suara-Mu tegap
Puisibebas adalah puisi yang dibaca oleh peserta setelah pembacaan puisi wajib. Puisi wajib oleh karya sendiri atau karya orang lain. Karya: Sanusi Pane, 1957. Dalam kebun di tanah airku Tumbuh sekuntum bunga teratai Tersembunyi kembang indah permai Tiada terlihat orang yang lalu Akhirnya tumbuh di hati dunia
Puisi"Teratai" karya Sanusi Pane boleh dikatakn sebagai puisi alegori, karena kisah bunga teratai itu digunakan untuk mengisahkan tokoh pendidikan. D. Teknik Pembuatan Puisi Sampai saat ini, barangkali berjuta puisi telah dituliskan, baik yang dipublikasikan di buku, di koran, di internet, maupun yang masih tetap mengendap di tangan penulis
vKepramukaan adalah nama kegiatan anggota Gerakan Pramuka di lingkungan sekolah dan di luar lingkungan keluarga dalam bentuk kegiatan menarik, menyenangkan, sehat, teratur terarah, dan praktis yang dilakukan di alam terbuka dengan prinsip dasar kepramukaan dan metode kepramukaan yang sasaran akhirnya yaitu pembentukan akhlak, watak, dan budi
PUISITERATAI KARYA SANUSI PANE Teratai. Oleh : sanusi Pane. Kepada Ki Hadjar Dewantara. Dalam kebun di tanah airku. Tumbuh sekuntum bunga teratai; Tersembunyi kembang indah permai, Tidak terlihat orang yang lalu. Akarnya tumbuh di hati dunia. Daun berseri Laksmi mengarang.
JMsw. Puisi Teratai Karya Sanusi Pane Teratai Kepada Ki Hadjar Dewantara Dalam kebun di tanah airku Tumbuh sekuntum bunga teratai Tersembunyi kembang indah permai, Tidak terlihat orang yang lalu. Akarnya tumbuh di hati dunia, Daun berseri Laksmi mengarang Biarpun ia diabaikan orang, Seroja kembang gemilang mulia. Teruslah, o Teratai Bahagia, Berseri di kebun Indonesia, Biar sedikit penjaga taman. Biarpun engkau tidak dilihat Biarpun engkau tidak diminat, Engkau pun turut menjaga Zaman. Sumber Madah Kelana 1931Analisis PuisiPuisi "Teratai" adalah puisi yang mengungkapkan kekaguman penulis terhadap sosok Ki Hadjar Dewantara. Sanusi Pane menggambarkan betapa indahnya bunga teratai yang tumbuh di kebun di tanah air penulis. Dengan menggunakan bahasa yang lirik dan indah, puisi ini berhasil menyampaikan makna tentang betapa berharganya jasa pahlawan ini mengingatkan pembacanya tentang pentingnya menghargai jasa sosok-sosok yang telah berjuang demi kemajuan dan keberlangsungan hal menarik dalam puisi "Teratai" karya Sanusi Pane adalah sebagai berikutPuisi ini menggunakan teratai sebagai simbol keindahan dan keagungan yang tersembunyi. Teratai tumbuh dalam kebun di tanah air, namun tidak terlihat oleh orang yang lewat. Hal ini menciptakan gambaran tentang keindahan yang tersembunyi dan tidak disadari oleh banyak ini menggambarkan teratai sebagai simbol keteguhan dan kemuliaan. Meskipun teratai diabaikan oleh orang, ia tetap berseri dan gemilang seperti Laksmi, dewi keberuntungan dan kekayaan dalam mitologi Hindu. Hal ini menggambarkan kemampuan teratai untuk tetap menjaga keindahannya meskipun tidak mendapat perhatian yang ini menekankan pentingnya menjaga keindahan dan keberlanjutan kehidupan. Teratai Bahagia, yang merupakan personifikasi teratai, diharapkan terus berseri di kebun Indonesia meskipun hanya sedikit yang menjaga taman. Hal ini menyampaikan pesan bahwa meskipun terkadang keindahan dan kebaikan tidak disadari atau diabaikan, tetaplah menjaganya untuk melanjutkan ini memiliki irama yang harmonis dan mengalir dengan indah. Penggunaan kata-kata yang sederhana tetapi bermakna dalam menggambarkan keindahan dan keteguhan teratai menciptakan suasana yang tenang dan "Teratai" mengandung pesan tentang keindahan yang tersembunyi, keteguhan, dan pentingnya menjaga kebaikan dalam kehidupan. Dengan menggunakan simbol teratai dan irama yang indah, puisi ini mengajak pembaca untuk menghargai keindahan yang mungkin terlupakan atau diabaikan dalam kehidupan TerataiKarya Sanusi PaneBiodata Sanusi PaneSanusi Pane lahir pada tanggal 1 Agustus 1905 di Sungai Puar, Sumatra Barat, adalah seorang sastrawan, politisi, dan intelektual Indonesia yang dikenal sebagai salah satu tokoh penting dalam dunia sastra Indonesia pada pertengahan abad Pane meninggal dunia pada tanggal 2 April 1968 2 Januari 1968 pada usia 62 di Jakarta.
Origin is unreachable Error code 523 2023-06-16 104921 UTC What happened? The origin web server is not reachable. What can I do? If you're a visitor of this website Please try again in a few minutes. If you're the owner of this website Check your DNS Settings. A 523 error means that Cloudflare could not reach your host web server. The most common cause is that your DNS settings are incorrect. Please contact your hosting provider to confirm your origin IP and then make sure the correct IP is listed for your A record in your Cloudflare DNS Settings page. Additional troubleshooting information here. Cloudflare Ray ID 7d827c3169860a55 • Your IP • Performance & security by Cloudflare
Teratai Puisi karya Sanusi Pane Kepada Ki Hajar Dewantoro Dalam kebun di tanah airku Tumbuh sekuntum bunga teratai; Tersembunyi kembang indah permai, Tidak terlihat orang yang lalu. Akarnya tumbuh di hati dunia, Daun berseri Laksmi mengarang; Biarpun ia diabaikan orang, Seroja kembang gemilang mulia. Teruslah, O Teratai Bahagia Berseri di kebun Indonesia, Biar sedikit penjaga taman. Biarpun engkau tidak dilihat, Biarpun engkau tidak diminat, Engkau turut menjaga Zaman
Kumpulan Puisi Sanusi Pane - Sanusi Pane lahir pada tanggal 14 November 1905 di Muarasipongi, Tapanuli Selatan, Sumatera Utara, meninggal dunia 2 Januari 1968 di Jakarta. Dia pernah bekerja sebagai redaktur Balai Pustaka, tapi lebih banyak aktif dalam lapangan pendidikan dan pengajaran di sekolah-sekolah kebangsaan. Dia pun banyak bergerak di lapangan jurnalistik. Dia memimpin majalah Timbul edisi bahasa Indonesia, 1932-1933. Sanusi pernah melawat ke India 1929-1930 dan menghasilkan sekumpulan puisi berjudul Madah Kelana 1931. Bukunya yang lain Pancaran Cinta 1926, Puspa Mega 1927. Banyak perhatiannya tercurah pada sejarah. Lima lakonnya, empat di antaranya berdasarkan sejarah di Jawa. Dua diantara judul itu dia tulis dalam bahasa belanda, yaitu Airlangga 1928 dan Eenzame Garoedavlucht 1930. Tiga judul lainnya dalam bahasa Indonesia Kertajaya 1932, Sandhyakala ning Majapahit 1933, dan Manusia Baru 1940. Karya sejarahnya Sejarah Indonesia 1942 dan Indonesia Sepanjang Masa 1952. Dia pun menerjemahkan karya sastra lama dari bahasa Kawi berjudul Arjuna Wiwaha 1948 dan Bunga Rampai dari Hikayat lama 1946. Sejumlah puisinya ada dalam antologi Pujangga Baru Prosa dan Puisi 1963 susunan Jassin. PAGI Pagi telah tiba, sinar matari Memancar dari belakang gunung, Menerangi bumi, yang tadi dirundung Malam, yang sekarang sudahlah lari. Alam bersuka ria, gelak tersenyum, Berseri-seri, dipeluk si raja siang. Duka nestapa sudah diganti riang, Sebab Sinar Bahagia datang mencium. Mari, O Jiwa, yang meratap selalu Dalam rumahmu, turutlah daku. Apa guna menangisi waktu yang silam? Mari, bersuka ria, bercengkerema Dengan alam, dengan sinar bersama-sama, Di bawah langit yang seperti nilam. KESADARAN Pada kepalaku sudah direka, Mahkota bunga kekal belaka, Aku sudah jadi merdeka, Sudah mendapat bahagia baka. Aku melayang kelangit bintang, Dengan mata yang bercaya-caya, Punah sudah apa melintang, Apa yang dulu mengikat saya. Mari kekasih, jangan ragu Mencari jalan; aku mendahului, Adinda kini Mari, kekasih, turut daku Terbang kesana, dengan melalui, Hati sendiri CANDI MENDUT Di dalam ruang yang kelam terang Berhala Budha di atas takhta, Wajahnya damai dan tenung tenang, Di kiri dan kanan Bodhisatwa. Waktu berhenti di tempat ini Tidak berombak, diam semata; Azas berlawan bersatu diri, Alam sunyi, kehidupan rata. Diam hatiku, jangan bercita, Jangan kau lagi mengandung rasa, Mengharap bahagia dunia Maya Terbang termenung, ayuhai, jiwa, Menuju kebiruan angkasa, Kedamaian Petala Nirwana. CANDRA Badan yang kuning-muda sebagai kencana, Berdiri lurus di atas reta bercaya, Dewa Candra keluar dari istananya Termenung menuju Barat jauh di sana. Panji berkibar di tangan kanan, tangan kiri Memimpin kuda yang bernapaskan nyala; Begitu dewa melalui cakrawala, Menabur-naburkan perak ke bawah sini. Bisikan malam bertiup seluruh bumi, Sebagai lagu-merawan buluh perindu, Gemetar-beralun rasa meninggikan sunyi. Bumi bermimpi dan ia mengeluh di dalam Mimpinya, karena ingin bertambah rindu, Karena rindu dipeluk sang Ratu Malam MAJAPAHIT Aku memandang tersenyum arah ke bawah Bandung mewajah di dalam kabut. Jauh di sana bermimpi Gede-Pangrango, Seperti pulau dalam lautan awan. Langit kelabu, Alam muram. Dan ke dalam hatiku, Masuk perlahan Rindu dendam. Jiwaku meratap bersama jiwa Gembala yang bernyanyi dalam lembah. Ratap melayang bersama suara Kedalam kemuraman Kehilangan. TANAH BAHAGIA Bawa daku ke negara sana, tempat bah’gia, Ketanah yang subur, dipanasi kasih cinta. Dilangiti biru yang suci, harapan cinta, Dikelilingi pegunungan damai mulia. Bawa daku kebenua termenung berangan, Ke tanah tasik kesucian memerak silau, Tersilang sungai kekuatan kilau kemilau, Dibujuk angin membisikkan kenang-kenangan Ingin jiwa pergi ke sana tidak terkata Hatiku dibelah sengsara setiap hari, Keluh kesah tidak berhenti sebentar jua. O tanah bah’gia, bersinar emas permata, Dalam duka cita engkau mematahari, Pabila gerang tiba waktu bersua? MELATI Kau datang dengan menari, tersenyum simpul, Seperti dewi, putih-kuning, ramping-halus, Menunjukkan diri, seperti bunga yang bagus. Dalam sinar matahari, membuat timbul Di dalam hati berahi yang suci-permai. Jiwa termenung, terlena dalam samadi, O Melati, memandang kau seperti Pamadi, Kebakaan kurasa, luas, tenang dan damai Engkau tinggal sebagai bunga dalam taman Kenang-kenangan dipetik tidak kan dapat, Biar warna dan wangi engkau berikan. Engkau seperti bintang di balik awan, Terkadang-kadang sejurus berkilat-kilat Tapi jauh, ta’ kan pernah tercapai tangan KEMBANG MELATI Aku menyusun kembang melati Di bawah bintang tengah malam, Buat menunjukkan betapa dalam Cinta kasih memasuki hati. Aku tidur menantikan pagi Dan mimpi dalam bah’gia Duduk bersanding dengan Dia Di atas pelaminan dari pelangi Aku bangun, tetapi mentari Sudah tinggi di cakrawala Dan pujaan sudah selesai O Jiwa, yang menanti hari, Sudah Hari datang bernyala, Engkau bermimpi, termenung lalai. ARJUNA Kepada Mr. Singgih Aku merasa tenaga baru Memenuhi jiwa dan tubuhku; Hatiku rindu ke padang Kuru, Tempat berjuang, perang selalu. Aku merasa bagai Pamadi, Setelah mendengar sabda Guru, Narendra Krisyna, di Ksetra Kuru Bernyala ke dewan dalam hati. Tidak ada yang dapat melintang Pada jalan menuju maksudku Menang berjuang bagi Ratuku. Mahkota nanti di balik bintang Laksmi letakkan d’atas kepala, Sedang bernyanyi segala dewa. WIJAYA KESUMA Di balik gunung, jauh di sana, Terletak taman dewata raya, Tempat tumbuh kesuma wijaya, Bunga yang indah, penawar fana. Hanya sedikit yang tahu jalan Dari negeri sampai ke sana. Lebih sedikit lagi orangnya, Yang dapat mencapai gerbang taman. Turut suara seruling Krisyna, Berbunyi merdu di dalam hutan, Memanggil engkau dengan sih trisna. Engkau dipanggil senantiasa Mengikuti sidang orang pungutan Engkau menurut orang biasa. KEPADA KRISYNA Aku berdiri sebatang kara, Tidak berteman, tidak berkawan, Tangan tertadah k’atas udara, Jiwa menjerit disayat rawan. Hatiku kosong, tanganku hampa, Tidak ada yang sudah tercapai Aku bermimpi di dalam tapa Mengingat untung termenung lalai O Krisyna tiadakanlah kembali Meniup suling di tanah airku. Biarkan daku sekali lagi Jatuh ke dalam jurang gulita, Supaya lupa, tidak bercita. TAJ MAHAL Kepada Andjasmara Dalam Taj Mahal, ratu astana, Putih dan permai pantun pualam Termenung diam di tepi Janma Di atas makam Arjumand Begam Yang beradu di sisi Syah Jahan, Pengasih, bernyanyi megah mulia Dalam nalam tiada berpadam, Menerangkan cinta akan dunia. Di sana, dalam duka nestapa, Aku merasa seorang peminta Di depan gapura kasih cinta Jiwa menjerit, dicakra duka Akh, Kekasihku, memanggil tuan. Hanya Jamna membalas seruan. TERATAI Kepada Ki Hajar Dewantoro Dalam kebun di tanah airku Tumbuh sekuntum bunga teratai; Tersembunyi kembang indah permai, Tidak terlihat orang yang lalu. Akarnya tumbuh di hati dunia, Daun berseri Laksmi mengarang; Biarpun ia diabaikan orang, Seroja kembang gemilang mulia. Teruslah, O Teratai Bahagia Berseri di kebun Indonesia, Biar sedikit penjaga taman. Biarpun engkau tidak dilihat, Biarpun engkau tidak diminat, Engkau turut menjaga Zaman SAJAK Di mana harga karangan sajak, Bukanlah dalam maksud isinya, Dalam bentuk, kata nan rancak Dicari timbang dengan pilihnya. Tanya pertama ke luar di hati, Setelah sajak dibaca tamat, Sehingga mana tersebut sakti, Mengingat diri di dalam hikmat. Rasa bujangga waktu menyusun, Kata yang datang berduyun-duyun Dari dalam, bukan nan dicari Harus kembali dalam pembaca, Sebagai bayang di muka kaca, Harus bergoncang hati nurani
Analisis kali ini adalah puisi dari Sanoesi Pane pada tahun 1929 yang berjudul "teratai" Puisi TERATAIDalam kebun ditanah airku,Tumbuh sekuntum bunga teratai,Tersembunyi kembang indah permai,Tidak terlihat orang yang tumbuh di hati dunia,Daun bersemi laksmi mengarang,Biarpun ia diabaikan orang,Seroja kembang gemilang o Teratai Bahagia,Berseri di kebun indonesia,Biar sedikit penjaga engkau tidak dilihat,Biarpun engkau tidak diminat,Engkaupun turut menjaga Zaman.Sanoesi Pane, 1929 Analisis Puisi A. Unsur Instrinsik Tema Tema umum sajak teratai adalah kekaguman. Tema khusus sajak teratai adalah keindahan bunga teratai yang diumpakan sebagai ki Hadjar Dewantara. Teratai yang tumbuh di air yang sangat berlumpur kotor, coklat tetapi warna bunganya lebih cemerlang, begitu pula Ki Hadjar Dewantara yang pada awalnya ia berjuang demi pendidikan Indonesia tanpa diketahui oleh semua orang dan pada akhirnya semua orang dapat merasakan hasil dari perjuangannya waktu itu sampai akhir zaman, terutama dalam hal pendidikan di Indonesia. Rasa Feeling atau rasa merupakan sikap penyair terhadap pokok persoalan terhadap puisi. Dalam sajak Teratai sikap atau rasa yang ditunjukan adalah penyair begitu mengagumi sosok Ki Hadjar Dewantara yang berjuang demi pendidikan Indonesia. Ia begitu menyanjungnya, sampai-sampai diumpamakan sebagai bunga teratai. Nada Melalui sajaknya, Sanusi Pane dalam sajak teratai mengajak atau memberi nasihat kepada pembaca untuk meneladani atau mencontoh sifat Ki Hadjar Dewantara. Sifat beliau yang pantang menyerah dan terus berjuang demi pendidikan Indonesia bisa dijadikan teladan oleh para pembaca agar memiliki sifat seperti beliau. Selain itu, penyair juga berusaha untuk membangkitkan semangat nasionalisme pembaca terhadap perjuangan Ki Hadjar Dewantara yang menjadi pelopor pendidikan di Indonesia. Diksi Dalam sajak teratai, pengarang menggunakan pilihan dan penggunaan kata yang begitu menarik. Dalam sajak teratai terdapat beberapa diksi yang digunakan. Perhatikan penggalan sajak Teratai dibawah …………………Tidak terlihat orang yang lalu …………………Daun berseri Laksmi mengarang…………………..Seroja kembang gemilang mulia………………….Biarpun engkau tidak diminatEngkaupun turut menjaga zaman Imajeri citraan Imaji dapat mengakibatkan pembaca seakan-akan melihat, mendengar, dan merasakan seperti apa yang dialami penyair. Bersama unsur diksi, kata nyata, majas dan citraan merupakan komponen kunci dalam upaya mengapresiasi karya sastra puisi. Dalam sajak Terataipun penyair berusaha menggunakan citraan agar pembaca ikut terlibat atau mampu merasakan apa yang dirasakan oleh penggalan sajak dibawah ini. …………………………..Tersembunyi kembang indah permaiTidak terlihat orang yang lalu…………………………..Biarpun engkau tidak dilihat…………………………... Larik-larik diatas dapat masukkan ke dalam citra konkret Dalam membuat sebuah sajak seorang penyair berupaya menumbuhkan pembayangan para penikmat sajaknya melalui diksi-diksi yang dipilihnya. Begitu juga dengan sajak “Teratai” karya Sanusi Pane. Dalam sajak tersebut pada umumnya setiap kata yang digunakan pada tiap-tiap larik dapat dipahami, artinya dapat menimbulkan pembayangan yang lengkap tentang sesuatu. Penyair banyak menggunakan kata-kata nyata yang dapat dipahami pembaca. Tetapi selain itu, ada juga kata yang sulit menimbulkan pembayangan bagi pembaca atau disebut Blank Word . Perhatikan penggalan sajak Teratai dibawah ini.………………………..Daun berseri Laksmi mengarang………………………..Bagi sebagian orang kata Laksmi mungkin merupakan blank word , karena tidak semua orang tahu apa makna kata Laksmi dalam sajak tersebut. Karena penulisan kata Laksmi tersebut menggunakan huruf kapital pada awal katanya, maka mungkin saja si pembaca hanya menafsirkan bahwa Laksmi tersebut nama seorang wanita tanpa tahu maksud pengarang kenapa menggunakan nama tersebut. Majas Gaya bahasa Majas personifikasi, Personifikasi merupakan penggambaran dari sebuah ide, objek atau binatang yang seolah-olah berlaku seperti manusia. personifiaksi menyatakan sebuah bentuk dari perbandingan dan membuat penyair mampu untuk menggambarkan dengan tenaga dan vitalitas dari yang semestinya tidak hidup. Personifikasi adalah semacam gaya bahasa kiasan yang menggambarkan benda mati atau barang yang tak bernyawa seolah-olah dapat bertingkah laku seperti manusia. Akarnya tumbuh di hati duniaDaun berseriBerseri di kebun Metafora, gaya bahasa perbandingan yang sifatnya tidak langsung dan implisit. analogi yang membandingkan dua hal secara langsung, tetapi dalam bentuk yang singkat dengan kias perwujudan. Hubungan antara sesuatu yang dinyatakan pertama dengan yang kedua hanya bersifat sugesti, tidak ada kata-kata petunjuk perbandingan eksplisit. Engkau pun turut menjaga zaman Repetisi bentuk gaya pengulangan dengan menampilkan pengulangan kata atau kelompok kata yang sama. Kata atau kelompok kata yang diulang ke dalam repetisi bisa terdapat dalam satu kalimat atau lebih, dan berada pada posisi awal, tengah, atau di tempat lain. Biarpun engkau tidak dilihat Biarpun engkau tidak diminat Aliterasi, gaya bahasa dengan menggunakan pengulangan konsonan. Diksi yang dipilih adalah kata-kata yang memiliki wujud fisik hampir mirip, beberapa konsonan sama, memiliki makna seiring yang bisa dipadukan satu sama lain sehingga menimbulkan arti yang dalam dan suara yang indah. Diksi aliterasi mengedepankan bentuk dan fonologi untuk mendapatkan efek estetis. Seroja kembang gemilang muliaTumbuh sekuntum bunga terataiTeruslah O Teratai Bahagia Sinekdoke, adalah menyebutkan sebagian untuk maksud keseluruhan pars pro toto atau menyebutkan keseluruhan untuk sebagian totem pro parte. Berseri di kebun IndonesiaDalam kebun di tanah airku Versifikasi Unsur versifikasi mencakup kajian tentang tentang rima persanjakan, ritme irama dan meutrum. Irama dalam kajian puisi erat kaitannya dengan persanjakan yang digunakan. Adapun dalam sajak Teratai kita bisa melihat rima yang rima yang terdapat dalam sajak Teratai dibawah ini. TerataiDalam kebun di tanah airkuTumbuh sekuntum bunga terataiTersembunyi kembang indah permaiTidak terlihat orang yang laluAkarnya tumbuh di hati duniaDaun berseri Laksmi mengarangBiarpun dia diabaikan orangSeroja kembang gemilang mulia……………………………… Dalam bait diatas termasuk kedalam rima berpeluk, yakni persamaan bunyi yang tersusun sama antara akhir larik pertama dan larik keempat, larik kedua dengan larik ketiga ab-ba. Amanat Janganlah kita mengabaikan hal-hal yang sama sekali tidak terlihat baik diluarnya karena sesungguhnya hal-hal tersebut dapat menjadi sesuatu yang bermanfaat besar apabila kita benar-benar bisa memanfaatkannya. Dalam memperjuangkan sesuatu yang baik kita harus bersungguh-sungguh, janganlah kita mudah menyerah karena kebaikan pasti akan berakhir baik. Dimanapun kita berada atau dilingkungan apapun kita tidak boleh gampang terpengaruh, tetaplah percaya diri. B. Unsur Ekstrinsik Biografi Sanoesi Pane Dilahirkan di Muara Sipongi, Tapanuli, pada tanggal 14 Mei 1905. Meninggal di Jakarta tanggal 2 Juni 1968. Setelah menamatkan Gunung Sari, lalu mengajar bahasa Melayu di situ, waktu itu usianya baru 19 tahun. Kemudian iapun mengajar juga di pemerintah di Lembang, ternyata dalam sajak-sajak dan karangan-karangannya. Ia sangat tertarik oleh kebudayaan dan mistik India dan Jawa. Pada tahun 1928 ia berangkat ke tanah Hindu dan di sana ia menulis sajak-sajaknya yang paling baik yang kemudian diterbitkan dengan judul Madah Kelana 1931. Sepulangnya di tanah air, ia menerbitkan dan memimpin majalah Timboel edisi bahasa Indonesia, aktif menulis dalam Poedjangga Baroe, terutama karangan-karangan tentang sejarah, kebudayaan dan filsafat. Tahun 1934 ia memimpin Perguruan Rakyat di Jakarta dan aktif dalam jurnalistik antaranya menjadi pemimpin harian Kebangunan, lalu menjadi kepala pengarang pada Sidang Pengarang Balai Pustaka. Pada masa inilah ia ikut dalam polemik mengenai masalah kebudayaan dengan Sutan Takdir Alisjahbana, Dr. Soetomo, Poerbatjaraka, dan lain-lainnya. Karangan-karangannya ialah Pantjaran Tjinta 1926, Puspa Mega 1927, Madah Kelana 1931 ketiganya berupa kumpulan sajak prosa dan lirik; Kertadjaja 1932, Sandhyakala ning Majapahit 1933, Manusia Baru 1940 ketiga-tiganya sandiwara. Kecuali itu iapun menulis dua buah sandiwara dalam bahasa Belanda Airlangga 1928 dan Eenzame Garoedavlucht 1929. Kecuali Manusia Baru yang mengambil tempat berlakunya di India, semua sandiwara-sandiwara Sanusi berdasarkan sejarah jaman Hindu di Jawa. Dia memang mempunyai minat yang serius terhadap penulisan sejarah nasional Indonesia. Ia menulis Sejarah Indonesia 1942 yang dilengkapkan enam tahun kemudian 1948 dan Indonesia Sepanjang Masa 1952 yang merupakan kritik terhadap cara penulisan sejarah Indonesia hingga saat itu. Sajak-sajaknya sangat dalam, meski dalam beberapa hal iapun bisa pula riang-riangan. Persoalan-persoalan hidupnya sendiri, bangsanya, dijadikannya persoalan semesta lambang dari manusia yang mencari bahagia. Di antara para penyair sebelum perang, Sanusi adalah yang terbesar dan penuh kesungguhan. Sajaknya Sijwa Nataradja adalah salah sebuah sajak besar yang pernah ditulis dalam bahasa Indonesia. Nilai-nilai Nilai Moral Pada puisi Teratai dalam kata “Tersembunyi kembang indah permai” terdapat nilai moral yaitu Keindahan yang tidak disombongkan dan tidak dinampakkan. Suatu kebaikan yang tidak ditinjilkan, tapi biarlah orang lain yang menilai kebaikan tersebut. Nilai Pendidikan Hasil kerja, usaha, dan jerih payah Ki Hajar telah mendunia, tidak hanya di tanah airnya saja. NIlai Ketuhanan Kebaikan, keyakinan, kejujuran, kesucian, keharuman, dan ketulusan yang tidak akan dapat dirasakan, dimengerti jika tidak menyelami lebih dalam terhadap diri dan pribadi Ki Hajar Dewantara sebagai tulus dan suci adalah persembahan kepada Tuhan guna menyelamatkan alam beserta isinya C. Parafase Makna Puisi Dalam kebun di tanah airku Kebun diidentikkan dengan Indonesia yang subur, dihuni oleh berbagai jenis karakter, jiwa, manusia,suku, seni, budaya, bahasa suatu bangsa. Tumbuh sekuntum bunga teratai Telah lahir bunga indah sebagai lambang ketulusan, kejujuran, ketulusan. Teratai yang tumbuh di air yang sangat berlumpur kotor, coklat, warna bunganya lebih cemerlang. bunga teratai tersebut tetap menawan dan suci tidak kena pengaruh oleh lumpur. Demikian juga orang bijaksana akan bekerja apapun sebagai darma di dunia. Tersembunyi kembang indah permai Keindahan yang tidak disombongkan dan tidak dinampakkan. Suatu kebaikan yang tidak ditinjilkan, tapi biarlah orang lain yang menilai kebaikan tersebut. Tidak terlihat orang yang lalu Kebaikan, keyakinan, kejujuran, kesucian, keharuman, dan ketulusan yang tidak akan dapat dirasakan, dimengerti jika tidak menyelami lebih dalam terhadap diri dan pribadi Ki Hajar Dewantara sebagai tulus dan suci adalah persembahan kepada Tuhan guna menyelamatkan alam beserta isinya. Akarnya tumbuh di hati dunia Hasil kerja, usaha, dan jerih payah Ki Hajar telah mendunia, tidak hanya di tanah airnya saja. Daun berseri Laksmi mengarang Dewi Laksmi digambarkan sebagai suatu Ibu jujur, dengan empat lengan, berpakaian bagus dan permata-permata mahal, menganugerahkan koin-koin dari kemakmuran dan diapit oleh gajah-gajah menandakan kuasa. Fitur paling mencolok dari ilmu arca dari Lakshmi adalah bunga teratai. Arti dari bunga teratai dalam hubungan dengan Shri Lakshmi mengacu pada kemurnian dan kuasa rohani. Dewi Laksmi dilukiskan sebagai perempuan yang cantik berkulit keemasan, dengan empat tangan, duduk atau berdiri di atas bunga teratai yang sedang mekar dan memegang setangkai bunga teratai, yang bermakna kecantikan, kesuburan dan kemurnian. Duduk dalam lumpur tetapi bunga di atas air, dengan sepenuhnya tidak terjangkit oleh lumpur, bunga teratai mewakili kesempurnaan upacara agama dan otoritas yang naik di atas pencemaran duniawi. Dewi Laksmi disebut juga Dewi Uang. Ia juga disebut "Widya", yang berarti pengetahuan. Biarpun dia diabaikan orang Diabaikan dalam baris ini adalah kekuatan dan pengaruh Ki Hajar Dewantara mensosialisasikan dan menggugah kesadaran masyarakat Indonesia terutama Jawa mengenai pentingnya persatuan dan kesatuan dalam berbangsa dan bernegara. Oleh sebab itu, Ia ditangkap atas persetujuan Gubernur Jenderal Idenburg dan akan diasingkan ke Pulau Bangka dan bersama kedua rekannya, dan Tjipto Mangoenkoesoemo, memprotes dan akhirnya mereka bertiga diasingkan ke Belanda 1913. Dengan demikian, ia seakan terabaikan oleh masyarakat Indonesia saat itu. Seroja kembang gemilang mulia Seroja = teratai. Ia harum namanya berkat pandangan beliau dari muda sampai konsep tut wuri handayani. Semboyan ini berasal dari ungkapan aslinya Ing Ngarsa Sung Tulada, Ing Madya Mangun Karsa, Tut Wuri Handayani. Hanya ungkapan tut wuri handayani saja yang banyak dikenal dalam masyarakat umum. Arti dari semboyan ini secara lengkap adalah tut wuri handayani dari belakang seorang guru harus bisa memberikan dorongan dan arahan, ing madya mangun karsa di tengah atau di antara murid, guru harus menciptakan prakarsa dan ide, dan ing ngarsa sung tulada di depan, seorang pendidik harus memberi teladan atau contoh tindakan baik. Semboyan ini masih tetap dipakai dalam dunia pendidikan. Teruslah O Teratai BahagiaBerseri di kebun Indonesia Nama Ki Hajar Dewantara akan tetap harum dan dikenang oleh setiap masyarakat Indonesia dari anak-anak sekolah sampai Profesor, Doktor, mentri bahkan presiden sekalipun. Biar sedikit penjaga tamanBiarpun engkau tidak dilihatBiarpun engkau tidak diminat Diabaikannya nilai luhur bangsa seperti budi pekerti menjadikan sistem pendidikan di Indonesia tidak mengajarkan anak didik mampu menghargai atau menghormati orang lain, atau bersikap tenggang rasa. Anak sekolah cenderung mendapat contoh atau teladan buruk tidak saja dari lingkungannya, tetapi juga dari guru sendiri. Ibarat guru kencing berdiri, murid kencing berlari’. Bagaimana guru bisa melarang murid tidak merokok kalau dia sendiri secara sembunyi-sembunyi keluar dari ruang kelas untuk merokok?"Pelaksanaan pendidikan lebih didasarkan pada minat dan potensi apa yang perlu dikembangkan pada anak didik, bukan pada minat dan kemampuan apa yang dimiliki oleh pendidik. Apabila minat anak didik ternyata akan ke luar atau pengembangan potensi anak didik di jalan yang salah maka pendidik berhak untuk meluruskannya. Engkau pun turut menjaga zaman Ia memajukan kaum pribumi dengan belajar ilmu pendidikan hingga memperoleh Europeesche Akte, suatu ijazah pendidikan yang bergengsi yang kelak menjadi pijakan dalam mendirikan lembaga pendidikan yang didirikannya. SHARE TO »
puisi teratai karya sanusi pane